BANUASYARIAH, Banjarmasin – Tahun 2024 memang menjadi tahun politik bagi Indonesia, seakan tidak ada jeda peristiwa politik sepanjang tahun ini. Di awal tahun ada pemilu presiden dan legislatif yang puncaknya pada 14 Februari 2024, kemudian di akhir tahun ada pilkada serentak yang digelar pada 27 November 2024.
Hal itu disampaikan wartawan senior Kalimantan Selatan, Budian Noor pada diskusi rutin bulanan bertema ‘Refleksi Akhir Tahun 2024, Indonesia Mau Ke Mana?’ yang digelar oleh Forum Intelektual Muslim Banua (FIMB), di Banjarmasin, Sabtu (14/12/2024).
Menjawab pertanyaan, apakah kepemimpinan baru ini menjadi jawaban atas berbagai problematika bangsa, atau sekadar wajah lama dengan baju baru? Hal ini menurutnya bisa dinilai dari fakta siapa yang menjadi pembantu utama Presiden hari ini.
“Dari 53 orang pembantu utama presiden, menteri dan kepala badan, 23 diantaranya adalah wajah lama dan mereka menempati posisi-posisi strategis, ekonomi, pemerintahan daerah dan sumber daya alam, ” ungkapnya.
Sementara itu di sisi lain, pragmatisme politik semakin kentara terjadi di masa ini. Gejala ini terasa tidak hanya pada elit politik, tapi juga sampai kepada masyarakat. Membuat cengkeraman oligarki semakin kuat.
Politik pragmatis ujarnya ditandai dengan pilihan yang didasarkan pada segi kepraktisan dan kemanfaatan, sehingga memunculkan tindakan dan keputusan yang lebih mengutamakan hasil daripada prinsip moral.
“Di sisi elit bisa dilihat dari munculnya calon-calon yang bukan kader partai, tapi kemudian mendapatkan dukungan dari partai untuk maju,” ungkapnya.
Di sisi masyarakat, serangan fajar kemudian dilazimkan, bahkan dinanti-nantikan. Padahal jelas, hal tersebut diharamkan.
“Pragmatisme ini sendiri subur karena demokrasi dengan asas sekularismenya. Memisahkan agama dari kehidupan, tiada halal-haram, etis-tidak etis dalam politik pragmatis,” tandasnya.
Usai Budian Noor, pemaparan disampaikan oleh Ustadz Baihaqi Al Munawwar yang membahas masalah keumatan. Ustadz Baihaqi mempertanyakan peran umat Islam di dalam menjaga negeri saat ini yang penuh problematika.
“Pemaparan materi sebelumnya tentang problematika diberbagai bidang perlu direnungi dengan baik, mengapa itu bisa terjadi, dimana letak kesalahannya, dan apa yang perlu kita lakukan?,” tanya ustadz Baihaqi retoris.
Menurutnya, kondisi faktual yang merupakan krisis multidimensional (kemiskinan, kebodohan, kemerosotan moral, kezaliman, ketidakadilan, dll) ini sistem kehidupan sekularistik (memisahkan agama dari kehidupan). Sistem sekular ini yang melahirkan ekonomi kapitalis, politik oportunis, pendidikan materialis, budaya hedonis, hingga tata sosial individualis.
“Dengan permasalahan yang mengakar inilah, perlu solusi fundamental. Yakni tegaknya sistem kehidupan islam, yang berdasarkan syariah disanalah kemuliaan akan tergapai,” tutur Ustadz yang juga seorang guru ini.
Ustadz Baihaqi mengutip perkataan sayyidina Umar ra. “Sesungguhnya kami adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, maka tidaklah kami mencari kemuliaan dengan selainnya.”
Persoalan utamannya (qadhiyah mashiriyah) adalah tidak adanya kehidupn Islam, dimana di dalamnya diterapkan syariah dalam sistem Khilafah. “Pesoalan utama itu melahirkan banyak sekali problematika cabang sebagai fasad (kerusakan)”, ujarnya.
Kemudian bagaimana untuk memperbaiki semua ini secara menyeluruh? Ustad Baihaqi menyampaikan beberapa langkah awal yang harus dikerjakan umat bersama sama.
“Yakni, mempelajari islam secara global. memahami bagian-bagian dari sistem Islam secara rinci, seperti sistem ekonomi, politik, pendidikan, pemerintahan, militer dan pertahanan, sosial, peradilam, keuangan dan lain lain.” paparnya.
Islam telah sempurna mencakup seluruh aturan, sebagaimana diterangkan Allah SWT dalam Al Maidah ayat 3, ‘…Pada hari ini telah Aku sempurnakan Agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai Agamamu..’
Maka umat Islam yang yakin dengan agamanya yang sempurna ini harus konsisten menempuh dan menyiapkan syarat-syarat untuk tegakknya Islam kaffah.
“Syarat tegaknya islam kaffah, yakni adanya individu-individu yang bertaqwa, adanya umat yang menegakkan amar ma’ruf nahiy mungkar, dan adanya negara Khilafah yang menjadikan tauhid Islam sebagai asas dan syariah Islam sebagai sistem pemerintahannya.”
Ketiga pilar ini wajib ada dan bersifat saling terkait.
“Khilafah adalah kewajiban terbesar bagi umat islam saat ini.”, pungkas Ustadz Baihaqi Al Munawwar.
Diskusi yang dihadiri undangan para tokoh di Banjarmasin dan sekitarnya ini dilanjutkan dengan tanya jawab dan ditutup dengan doa bersama. []