BANUASYARIAH, Banjarmasin – Mengutip pendapat Imam Syafi’i, berjihad menjadi fardu ain bagi penduduk yang negerinya dijajah. Kewajiban itu meluas satu matlak jika tak mereda, bahkan saat ini dinilai sudah sampai ke seluruh umat Islam di Indonesia.
Setidaknya hal ini ditegaskan Ust. H. Dwi Condro Triono, Ph.D., saat dialog Refleksi 1 Tahun Badai Al-Aqsa, di Banjarmasin, Ahad (17/11/2024).
Menurutnya, hal ini dikarenakan penindasan sudah tidak mampu dihentikan penduduk Palestina, termasuk sikap diam pemimpin negeri-negeri muslim di sekitarnya, yang parahnya malah mengecam Hamas sebagai kelompok teroris.
“Mayoritas negeri-negeri Arab mengecam serangan Hamas 7 Oktober 2023, hingga membuat Israel marah dan mau menghabisi Gaza,” ungkap tokoh nasional asal Yogyakarta tersebut.
Sayangnya tambah Ust. Condro, negeri-negeri kaum muslimin di luar Timur Tengah malah menyuarakan solusi dua negara, gencatan senjata, dengan Israel menguasai 79% tanah Palestina, sesuai kesepakatan tahun 1967.
“Kalau Hamas menyetujui kesepakatan ini, terus terang saya kecewa,” ungkap Ust. Condro.
Ia pun menyuarakan Palestina harus sepenuhnya dibebaskan dari penjajahan, dengan mengeluarkan Israel dari tanah kaum muslimin, lewat jihad yang sudah diwajibkan kepada seluruh umat Islam di dunia.
“Makanya kalau tidak bergerak untuk jihad, seluruh umat Islam berdosa. Ingat, membunuh satu mukmin saja dengan sengaja, itu terancam masuk neraka selamanya. Sekarang lebih dari satu tahun ini sudah 50 ribu lebih yang melayang. Nabi saja mengibaratkan, bahwa Kakbah bukanlah apa-apa dibanding satu nyawa mukmin,” tegas Ust. Condro.
Namun menurutnya, umat Islam di Indonesia mempunyai banyak keterbatasan, sehingga kesulitan melakukan pembelaan secara langsung, sehingga Ust. Condro menawarkan amal yang bisa menggugurkan kewajiban tersebut.
“Bagaimana menggugurkan fardu ain ini? Caranya kita harus membersamai, harus bergabung ke dalam jemaah dakwah yang bertujuan menegakkan khilafah,” jelasnya.
Karena menurut Ust. Condro, hanya dengan khilafahlah umat Islam bisa bersatu, yang pemimpinnya kemudian dapat menyerukan jihad untuk membebaskan Palestina.
Turut hadir menjadi pembicara dalam pertemuan ini, adalah K.H. Ahmad Syahrin Thoriq, Lc., M.A., ulama muda asal Kalimantan Timur.
Ia turut kecewa atas sikap pemimpin negeri-negeri kaum muslimin di Timur Tengah, yang bahkan berpesta di tengah pembantaian penduduk Palestina.
Pimpinan sebuah pondok pesantren di Bontang ini turut mengharapkan persatuan umat Islam bisa terwujud, guna menyelamatkan kaum muslimin yang terjajah.
Ikut mendengarkan pembicaraan ini banyak tokoh masyarakat di Kalimantan Selatan, alim ulama, para intelektual, hingga aktivis.
()