BANUASYARIAH, Banjarmasin – Para tokoh berdatangan, satu per satu memasuki lokasi acara di Banjarmasin, baik dari kalangan ulama, intelektual, aktivis, berasal dari sejumlah kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan. Semuanya pun menyepakati ada kekeliruan sistemik dalam bernegara saat ini, hingga desakan untuk diterapkannya sistem Islam sebagai pengganti.
Pertemuan ini dikemas dalam acara Dialog Tokoh Muslim Banua dan Buka Puasa Bersama, bertemakan Spirit Ukhuwah Ramadan Wujudkan Islam Kafah, Jumat (22/3/2025), gelaran Forum Intelektual Muslim Banua dengan dua narasumber.
Hadir sebagai pembicara pertama adalah pengamat hukum kandidat doktor Deden Koswara, M.H., yang membahas maraknya kasus korupsi dan problematika umat.
Di antara dugaan kasus korupsi yang terungkap akhir belakangan ini adalah dari PT Aneka Tambang, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, termasuk dari Pertamina.
“Berarti sanksi hukum korupsi di negara kita masih bermasalah, tidak memberikan efek jera, karena pelakunya ternyata makin banyak,” tegas Deden.
Ia pun mengungkapkan bahwa dengan menjamurnya pelanggaran-pelanggaran berat ini, menandakan terstrukturnya korupsi yang berlangsung sistematis.
Menyambut permasalahan tersebut, diuraikan jelas dan singkat penyelesaiannya oleh narasumber kedua, yakni Guru Dr. Wahyudi Ibnu Yusuf. M.Pd., dengan tema “Solusi Islam dan Arah Perjuangan Umat”.
Dalam paparan awal, lulusan S-3 Ilmu Syariah ini menguraikan tentang ada persoalan individual yang tengah merajalela, khususnya dari sebagian penyelenggara negara, yaitu tidak pernah merasa cukup.
“Kok bisa sudah dikasih gaji besar, tapi ternyata masih mengemplang harta rakyat,” tanyanya.
Guru Wahyudi pun menilai, bahwa ketamakan yang tumbuh subur ini dilahirkan, dirawat, dan dikembangkan oleh sistem yang mendukung kerakusan tersebut bertumbuh.
Pimpinan Ma’had Darul Maarif ini kemudian mengutip pernyataan cendekiawan dan ulama kontemporer asal Palestina Syekh Taqiyudin An-Nabhani dalam kitab Nizham Iqtishadi. Yakni, ada dua perusak besar yang saat ini melanda dunia Islam, yaitu politik demokrasi, serta penerapan kapitalisme liberal dalam hal ekonomi.
“Dan kita semua yakin bersama, bahwa pengganti terbaik dari sistem politik dan ekonomi tersebut adalah sistem Islam,” pungkas Guru Wahyudi.
Kegiatan ini telah rutin dilaksanakan penyelenggara, guna bersama para intelektual menyadarkan umat, guna ikut bergerak mewujudkan kembali Islam yang ramatan lil-alamin.
(BS)