BANUASYARIAH, Kandangan – Ahad, 25 April 2025, sekitar 70 tokoh berkumpul di Hulu Sungai Selatan, dalam acara Temu Ulama dan Tokoh Perubahan Se-Banua Enam dengan tema “Bahagia di Tengah Duka, Saatnya Berubah”. Sebuah momentum penting bangkitkan semangat perubahan di tengah umat, menuju penerapan syariat Islam secara total di seluruh aspek kehidupan.
Kegiatan dibuka dengan sambutan hangat dari Guru Pahrul, Pengasuh Majelis Ta’lim Nurul Mustafa Tanjung, yang menekankan pentingnya silaturahim dalam membangun kekuatan umat. Karena menurutnya umat memerlukan ruh baru, yang lahir dari silaturahim, ukhuwah Islamiyah, dan kesadaran untuk memperjuangkan tegaknya Islam di tengah berbagai tantangan.
“Kita bukan hanya berkumpul untuk duduk bersama. Kita hadir untuk membangun tekad bersama, memperkuat barisan, dan menyusun langkah menuju perubahan hakiki yaitu adanya suatu kepemimpinan Islam yaitu tegaknya Khilafah. Dunia sedang berguncang, dan kita tak bisa terus menjadi penonton. Saatnya umat bangkit,” ujar Guru Pahrul penuh semangat.
Acara selanjutnya penyampaian materi oleh Ustaz Gusti Orrin, seorang cendekiawan Banua. Dalam penyampaiannya yang lugas dan menyentuh, beliau menjelaskan bahwa Islam bukan hanya agama spiritual, tetapi merupakan sistem kehidupan sempurna yang mampu menyelesaikan berbagai krisis kemanusiaan dan peradaban.
“Syariat Islam itu harus diwujudkan dalam seluruh bidang kehidupan. Bukan hanya shalat dan puasa, tapi juga politik, ekonomi, pendidikan, dan hukum. Kalau kita ingin selamat dunia-akhirat, tidak ada jalan lain kecuali kembali kepada Islam sebagai sistem hidup,” tegas Ustaz Gusti Orrin.
Disampaikan juga bahwa saat ini, umat Islam sedang mengalami duka yang sangat mendalam, terutama melihat tragedi kemanusiaan yang terjadi di Gaza.
“Anak-anak dibom, masjid-masjid hancur, rumah sakit diserang, dan dunia hanya diam. Umat Islam harus membuka mata: tanpa kekuatan, kita hanya akan terus menjadi korban. Jalan kemenangan umat adalah dengan kembali kepada jihad dan syariat, bukan hanya doa dan simpati,” serunya disambut takbir peserta.
Dalam pertemuan ini, para tokoh juga menaruh perhatian besar pada kondisi Gaza hari ini. Dimana penderitaan rakyat Palestina adalah cermin kehinaan umat hari ini, yang kehilangan perisai karena tidak adanya kepemimpinan Islam. Sebagaimana dahulu ketika khilafah menjadi pelindung umat dengan kekuatan politik dan jihadnya.
Sementara itu, dalam sesi testimoni, Habib Muhammad Assegaf dari Front Persaudaraan Islam memberikan penguatan tegas tentang peran umat Islam.
“Kita ini umat terbaik, tapi hanya kalau kita mau menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kalau kita diam, maka kita sama dengan membiarkan kebatilan berkuasa. Sudah saatnya umat mengambil peran, dari rumah sampai pemerintahan.”
Sementara itu, Muallim Sulaiman dari Amuntai mengingatkan, jika ulama, habib, dan umat diam terhadap kemungkaran, maka kerusakan akan meluas.
“Iman itu bukan hanya di hati, tapi harus mewujud dalam sikap dan perjuangan. Jangan tunggu kehancuran lebih besar lagi.”
Acara ini juga dihadiri oleh Abdul Rohman, pengusaha asal Barabai, serta sejumlah tokoh umat di Banua Enam. Dalam diskusi berjalan dinamis, para tokoh berkesempatan menyampaikan pendapat dan komitmen bersama untuk membangun kekuatan umat dari bawah, dengan menempa diri dan membina masyarakat secara serius.
Puncak acara ditandai dengan ikrar bersama untuk terus bergerak, menyebarkan dakwah Islam, membangun jaringan perjuangan, dan bersiap menyongsong perubahan besar menuju kehidupan Islam kaffah.
Acara ditutup dengan doa penuh haru, dipimpin para ulama senior, memohon kekuatan dari Allah Ta’ala agar umat Islam diberikan keberanian, keistiqamahan, dan jalan kemenangan yang hakiki. [BS]