BANUASYARIAH, Banjarbaru – Sekitar 50 tokoh dari Kota Banjarbaru, Martapura dan Pelaihari, Ahad, 27/4/2025 berkumpul dalam acara Dialog Syawal dan Temu Tokoh Perubahan yang membahas tema dari Perang Dagang hingga Genosida Gaza, dimana posisi kita?
Dalam kalimah taqdim yang disampaikan tuan rumah, Ustaz Ali Nurdin, disampaikan tujuan dari acara ini adalah untuk menyatukan hati, saling bertukar kabar dan pikiran, diantara para tokoh di momen akhir bulan syawal 1446 hijriyah ini.
“Acara ini juga sebagai bentuk keprihatinan kita, terhadap kondisi umat. Dimana dalam momen Ramadan tadi, kita dihadapkan pada berbagai ragam masalah, diantaranya terus terjadinya genosida oleh Yahudi zionis terhadap saudara kita di Palestina,” ungkapnya.
Demikian juga terjadi perang dagang Amerika dan China yang berdampak pada perekonomian global, termasuk Indonesia, negeri terbesar kaum muslimin.
“Sehingga tidak ada lain pertemuan kita ini adalah dalam rangka merapatkan barisan, merumuskan gagasan yang bisa disumbangkan untuk kemajuan umat. Agar kita bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat,” tandasnya.
Memasuki penyampaian materi, dipandu oleh moderator Ustaz Saparudin, disampaikan materi pertama oleh Ustaz Pujo Nugroho dengan tema Perang Tarif Impor, Bukti Perdagangan Bebas Alat Penjajahan.
“Dari kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat, ada 180 negara terdampak, termasuk Indonesia terkena tarif tambahan 32 persen,” ujar Ustaz Pujo membuka pemaparan.
Diantara produk Indonesia yang terkena pengenaan dampak tarif ini adalah eletronik, tekstil, sepatu, CPO, karet dan produk perikanan. Mengapa Trump mengenakan tarif ini?
“Selama 5 tahun sejak 2019, Indonesia lebih banyak mengekspor ke AS, ini mengakibatkan defisit perdagangan. Sehingga AS menetapkan, boleh defisit tapi mereka harus mendapat keuntungan berupa bea masuk,” terangnya.
Selain itu, pemicu pengenaan tarif resiprokal ini adalah kebijakan Indonesia menerapkan persyaratan konten lokal (TKDN) dalam barang impor. Tidak boleh 100 persen impor, minimal 25 persen harus barang Indonesia.
Hal lain yang membuat AS marah adalah peraturan tentang kewajiban devisa hasil ekspor, berdasar PP Nomor 8 tahun 2025, perusahaan LN kalau melakukan aktivitas ekspoitasi di Indonesia, maka hasil penjualan harus disimpan di Bank Indonesia selama satu tahun, untuk transaksi senilai US250.000 atau lebih.
“Kebijakan ini saja membuat devisa Indonesia naik menjadi Rp1600 triliun,” ujarnya.
Lantas bagaimana respons Presiden Prabowo atas pengenaan tarif ini. Ternyata pemerintah memutuskan akan melonggarkan TKDN, kemudian juga siap berunding untuk menambah belanja impor dari AS dan menghapus kuota impor. Meskipun menurut para pengamat hal ini kontradiktif dengan semangat swasembada pangan.
“Dengan dihapusnya kuota impor ini, dikhawatirkan akan semakin banyak pengusaha memilih menjadi pedagang, PHK pun akan semakin besar. Padahal selama periode 2022-2024 saja, sebanyak 250 karyawan di PHK karena penutupan pabrik, akibat serbuan produk impor,” ungkapnya.
Pemerintah juga menanggapi protes Trump terhadap QRIS yang tidak melibatkan visa dan master card, dengan siap mengubah kebijakan payment gateway yang selama ini berjalan.
“Dari sini bisa dilihat, bagaimana dengan dalih perdagangan bebas, AS menekan negara-negara yang berdagang dengannya. Bahkan Trump sendiri menyebut negara yang datang untuk bernegosiasi dengan kalimat tidak pantas dan sangat merendahkan, They are kissing my a**,” ujarnya.
Bisa dilihat juga, fakta perdagangan bebas justru untuk mengamankan pasar dan produk negara maju. Dijual dalam negeri mereka sudah jenuh, lalu dijual ke luar dan minta jangan dipajaki.
Sementara Indonesia adalah salah satu pasar terbesar, mereka memasukkan produk ke Indonesia dengan janji akan beli produk kita. Tapi ternyata yang kita jual adalah SDA, mereka masuk sebagai bentuk ivestasi, menambang gas, minyak, diekspor ke negara lain. Mereka juga masuk ke negara kita dengan menyebarkan dominasi dan budaya hidup.
“Sehingga negeri-negeri muslim tidak berdaya menghadapi hegemoni kapitalis, hanya menjadi pasar,” tambahnya.
Padahal menurut Ustaz Pujo Nugroho dalam surah Annisa ayat 141, Allah tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk mengalahkan kaum muslimin.
“Di sinilah urgensi kemandirian dunia Islam, baik secara ekonomi maupun kepemimpinan politik, agar tidak mudah ditekan. Negeri-negeri muslim wajib menggalang kekuatan dunia Islam, perlunya membangun peradaban Islam,” ujarnya.
Sehingga keunggulan sistem ekonomi Islam, sistem moneter yang menggunakan emas dan perak, serta sistem yang mendorong tumbuhnya sektor riil, bisa terwujud. [BS]